Selasa, 28 Mei 2013

Sejarah Ilmu Pengetahuan

FILSAFAT ILMU 
BAB I Sejarah ilmu    pengetahuan

Oleh:
UMI MASRUROH
128314004










UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
2013





BAB I
SEJARAH ILMU PENGETAHUAN

Sekarang kita tengah hidup dalam abad ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang amat pesat dan ini tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pemikiran di dunia barat. Sejak filsafat secara formal digunakan atau diemban, ia diidentikkan dengan ilmu pengetahuan dan pandangan ini amat kuat diterima hingga abad pertengahan.
Baiklah kita mengikuti perkembangan filsafat Barat secara kronologis dan bagaimana filsafat berfikir seperti ini memnghasilkan perkembangan ilmu-ilmu, baik ilmu teoritis maupun ilmu-ilmu terapan.
Perkembangan filsafat ini dapat kita kelompokkan dalam beberapa periode berikut:
Ø  Zaman Yunani Kuno dengan ciri kosmosentris
Ø  Abad pertengahan yang teosentris (dogma agama Kristen)
Ø  Zaman Renaisans dan Aufklarung dengan penekanan akal budi manusia
Ø  Zaman Modern yang melihat manusia sebagai pusat analisis filsafat (antroposentris)
Ø  Zaman kontemporer dimana logosentrisme dan teks jadi tema sentral para filsuf.

A.    Zaman Yunani Klasik
Periode filsafat Yunani memegang peran krusial dalam sejarah peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan besar dalam pola berpikir manusia dari mitos-mitos kepada pemikiran-pemikiran rasional.Dalam pola piker yang mendasarkan diri pada mitologi, manusia dapat menjelaskan berbagai hal atau peristiwa besar dalam alam.Semua peristiwa alam (bencana, kecelakaan) dilihat sebagai kutukan para dewa atau kekuatan ilahi terhadap manusia. Kosmos juga dilihat sebagai yang sacral  mengetahui segala sesuatu dalam alam semesta, yang dapat membawa berkah tetapi juga kutuk atau malapetaka bagi yanga membangkang. Sekitar adad ke 6M.
Dengan tampilnya logos, filsafat, manusia yang tadinya dikuasai oleh mitos dan dongeng kini dikuasai ol.eh rasio. Manusia yang dulunya  pasif dan pasrah dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih aktif dan kreatif dan mau menguasai alam ini. Alam lalu menjadi obyek kuasa dan penelitian manusia.Dari aspek ini jelas bahwa ilmu lahir dari filsafat.Dengan ini jelas bahwa ilmu berkembang secara mendadak. Dia perlu proses dalam waktu yang panjang untuk membenahi diri dan penerapannya dalam teknologi agar semua teoti dan prinsip-prinsip teoretis ilmiah  dapat sampai kepada realitas konkret dan dimanfaatkan sebesar-besarnya demi kepentingan manusia.
1.      Zaman pra Yunani kuno
Zaman ini dikenal dengan zaman Batu, manusia menggunakan batu sebagai peralatan yang berlangsung antara jutaan tahun sampai 20.000 tahun SM.
Sekitar abad 15 – 6 SM berbagai peralatan manusia sudah dibuat dari besi, tembaga dan perak (pada abad 15 SM di Irak untuk pertama kalinya dipergunakan alat-alat dari besi).Pada abad 6 SM lahirlah filsafat di Yunani.Ini dilihat sebagai peristiwa ajaib dalam sejarah Yunani. Beberapa unsur penting yang dilihat sebagai peretas jalan menuju filsafat ini adalah sebagai berikut:

1)      Mitologi dianggap sebagai dasar kuat untuk menjelaskan segala sesuatu dalam alam dan bahkan menjelaskan teka-teki alam semesta ini. Lewat cara ini manusia sudakh dilatih untuk mulai berfikir.
2)      Kesusastraan Yunani : sebelum filsafat secara formal lahir sudah ada karya-karya besar dari Homeros seperti iliad dan odyssea. Syair dalam karya-karya tersebut selalu digunakan sebagai buku-buku pendidikan untuk rakyat Yunani.
3)      Sudah ada ilmu pengetahuan di Timur kuno. Ada banyak kebudayaan lain di sekitar Yunani yang berperadaban tinggi sudah menemukan ilmu-ilmu pengetahuan tertentu seperti ilmu ukur dan ilmu hitung berasal  dari Mesir dan Babilonia. Namun baru pada bangsa Yunani semua ilmu pengetahuan itu mendapat corak yang sungguh ilmiah.

2.      Zaman Yunani Kuno
Pada zaman ini Yunani tidak lagi dikuasai oleh mitos-mitos melainkan oleh logos (rasio), sikap ingin tahu dan menemukan  sesuatu yang baru. Sikap-sikap inilah yang menjadi dasar ilmu pengetahuan modern. Pola pemikiran ini dapat kita bagi kedalam dua kelompok yaitu para pemikir pra-sokrates  dan para pemikir zaman sokrates. Beberapa pemikiir besar atau Filsuf pra-Sokrates adalah Thales, Phytagoras, Anaximander, Demokritus, Parmenides, Heraklitus. Sedang pada zaman sokrates antara lain Plato dan Aristoles.
Para tokoh Pra-Sokrates  ini dikenal sebagai filsuf alam. Ciri yang menonjol dalam filsafat waktu itu adalah pengamatan terhadap kejala kosmis dan fisis untuk mencari dan menkan prinsip atau asas (arche) dari segala sesuatu.
Pada Pasca-Sokrates dipimpin oleh aricles dengan kemampuan yang luar biasa dalam hiduppolitik dan ketatanegaraan sehingga filsafat berkembang dengan sangat baik.Saat itu muncul guru-guru yang pandai berpidato (retorika) dan mereka mengajar kaum muda tentang pengetahuan.
Aristoteles membedakan sebab-sebab pengetahuan manusia, dan mengklaim bahwa setiap kejadian memiliki empat macam sebab :

a)      Sebab material atau bahan
b)      Sebab formbarang.al atau bentuk yang menyusun
c)      Sebab efisien
d)     Sebab final tujuan yang menjadi arah seluruh peristiwa atau kejadian

B.     Abad Pertengahan (6-15 M)

Abad pertengahan ditandai dengan teosentrisme dan para pengemban utama ilmu adalah para teolog. Dalam era yang sangat  dikuasai oleh agama dan semua atributnya, penemuan-penemuan dalam bidang ilmu dan filsafat tidak banyak, malahan lebih banyak kemerosotan yang terjadi karena otoritas agama dan Gereja memiliki kuasa yang terlampau besr dan otoriter. Tambahan lagi ajaran iman Kristen yang dog matis yang pada dasarnya bertentangan dengan keterbukaan filsafat atau ilmu yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal dan bukannya melulu dari wahyu ilahi.Yang merupakan zaman keemasan kekristenan.Abad 13 M ditandai dengan berdirinya universitas-universitas besar dan zaman puncak Skolastisisme.

C.    Kelahiran Ilmu pada Zaman Renaisans ( abad 16 M)

Zaman Renaisans ditantai oleh zaman kebangkitan dan kelahiran kembali perkembangan peradaban seni, sastra, pada masa lalu sekaligus zaman terbebasnya pikiran manusia dari berbagai ajaran dogmatis agama. Zaman ini juga dilihat sebagai transisi atau peralihan dari abad  tengah menuju zaman Modern.

Tanda-tanda khas yang mulai menonjol adalah  kesadaran akan kuasa manusia atas alam semesta  dan bahwa kemajuan dunia ini amat tergantung pada usaha dan hasil kerja manusia sendiri.

Tokoh-tokohnya :  Francis Bacon, N. Kopernikus, Johanes Kepler, Galileo Galilei pada waktu itu juga ilmu dimengerti hanya terbatas pada teologi dan filsafat. Istilah lainnya adalah seni atau teknik.

Pada tahun 1413 dimulailah masa ekspansi Eropa terutama ke Afrika.Pada abad 15 M banyak universitas yang ditutup, gereja terpecah belah, ekonomi morat-marit karena masih terpengaruh oleh penyakit sampar atau pes (maut hitam yang terjadi sekitar tahun 1350-an).

D.    Zaman Modern (abad 17-akhir abad 19)
Priode ini diawali oleh zaman Renaisans dan dimatangjkan oleh gerakan Aufklarung pada abad 18 dan ia mengandung akal budi terasa amat kuat setelah pelepasan otoritas Gerejani yang sangat dogmatis. Mak a ciri utama filsafat Barat modern  adalah penekanan pada otoritas kuasa politik dan ilmu pengetahuan. pengetahuan tidak mutlak berawal dari Kitab Suci atau dogma-dogma Gereja, bukan juga ndari kuasa-kuasa feudal, melainkan dari diri manusia sendiri. Karena itu corak filsafat modern adalah sangat antroposentris.Zaman ini juga ditandai oleh berbagai penemuan dalam bidang ilmiah.
Wacana filsafat yang menjadi topic utama zaman modern ialah persoalan epistemologis (terutama abad 17) bagaimana manusia memperoleh pengetahuan dan apakah sarana-sarana untuk mencapai pengetahuan yang benar dan apa itu kebenaran.

E.     Zaman kontemporer (abad 20 dan seterusnya)

Tema utama dalam abad ini adalah logosentrisme atau bahasa.Tugas filsafat ialah bukannya membuat pernyataan-pernyataan tentang sesuatu yanag khusus (seperti para filsuf sebelumnya), tetapi memecahkan persoalan yan g timbul akibat ketidak fahaman terhadap bahasa logika.Pada abad ini muncul banyak aliran filsafat dan banyak merupakan penerusan filsafat-filsafat abad modern. Eksistemsialisme dan fenomenologi merupakan dua gerakan yang berhubungan sangat erat yang menantang  metode dan pandangan-pandangan filsafat Barat.

     Kita temukan dua pengertian pokok Strukturalisme sebagai aliran filsafat:
1)      Metode atau metodologi yang digunakan untuk mempelajari prinsip-prinsip linguistic yang dirintis oleh  Ferdinand de Saussure. Ilmu-ilmu manusia harus dibedakan dari ilmu-ilmu amal.
2)      Merupakan aliran filsafat yang mau memahami masalah yang muncul dalam sejarah filsafat.
Disini digunakan metodologi structural untuk membahas tentang manusia, sejarah, kebudayaan dengan alam.
                                                                                   

Senin, 27 Mei 2013

cara berfikir filosofis

BAB IV CARA BERFIKIR    FILOSOFIS

Oleh:
UMI MASRUROH
128314004










UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
2013



FILSAFAT ILMU

  


BAB I
CARA BERFIKIR FILOSOFIS

Ciri-ciri berpikir filosofis kadang menjadi pertanyaan serius dalam kajian filsafat ilmu. Benarkah semua orang yang berpikir itu sedang berfilsafat? Pertanyaan ini terkadang menjadi pertanyaan sederhana berkaitan dengan pembahasan tentang filsafat. Apakah benar Semua orang berfilsafat, karena semua orang memiliki potensi untuk berpikir. Dalam Kajian Prof. Dr. H. Andi Makkulau, M.Si, diuraikan beberapa ciri berpikir yang termasuk dalam kategori berpikir filsafat.

Ciri berpikir filosofis di antaranya adalah
v  Membangun bagan konsepsional, Salah satu cara untuk mengurangi inkoherensi adalah mengusahakan membangun bagan konseptual. Gagasan harus berhubungan dengan lainnya secara logis, formal dan ketat, setiap bagian harus mengalir lancer, dari bagaian yang mendahului ke bagian sesudahnya. Agar arus informasi dan pemikiran terus mengalir, kiranya peerlu memikirkan bahwa setiap gagasan harus mengandung sebuah subyek dan predikat. Jadi untuk mempertahankan agar arus informasi secara terus menerus, maka harus menyusun gagasan dengan satu diantara berbagai bentuk.

v  Berpikir secara holisitk, Keutamaan yang diinginkan dalam berpikir filsafat adalah berpikir secara holistic. Gagasan yang menyeluruh  mengemas banyak informasi dalam ruang yang terbatas. Selayaknya menghindari keinginan yang berlebihan mencapai holistic, sehingga merusak perkembangan inti esei, yang mungkin perlu diperjelas dan dibuat lebih meyakinkan.

v  Berpikir filosofis juga harus bersifat Tuntas, Ketuntasan sebuah argument bergantung pada seleksi yang hati-hati dan penggunaan kata yang tepat. Pemikiran kritis bergantung pada konsistensi organisasi bahasa (kata, paragraf, kalimat) sedalam diskursus yang tertib dan dapat dimengerti. Harus berhati-hati dengan berbagai penggunaan kata yang berbeda, ragam makna dan kekaburan arti. Hendaknya menghindari penggunaan metafora/analogi, dan mencoba menghindari jargon yang dapat dijelaskan.

Apakah benar Semua orang berfilsafat, karena semua orang memiliki potensi untuk berpikir. Dalam Kajian ciri berpikir yang termasuk dalam kategori berpikir filsafat diantaranya adalah berpikir dengan Membangun bagan kosepsional, Berpikir secara holistik, Berpikir Tuntas, Konsisten dan Koheren

v  Sifat berpikir filososfis lain adalan berpikir Konsisten, dalam proses penyusunan esei, kita akan membuat sejumlah pertanyaan yang mencakup banyak segi yang berbeda mengenai pokok persoalan diangkat. Kita harus berhati-hati, apa yang dibahas tidak boleh bertentangan dengan apa yang diungkap. Konsistensi merupakan sifat yang harus dirangkaikan dalam berbagai argumentaasi. Karena kadang-kadang pertanyaan yang kompleks dapat mengandung inkonsistensi internal.

v  Selain berciri konsisten dalam berpikir filsafat juga harus tetap mempertahankan sifat Koheren, Suatu argumentasi atau pernyataan abstrak dan kongkret yang tidak didukung empirisme dapat menjadi tidak koheren ketika dalam keseluruhan argumentasi tidak memiliki arti. Seprti ketika kita memakai sebuah istilah, nilai koherensi akan timbul dari berbagai esei yang tidak menyatu bersama dalam keseluruhan yang koheren. Kemudian Inkoherensi dapat terjadi ketika sebuah argumentasi ysng bermakna ditempatkan dalam konteks yang tidak semestinya. Keseluruhan esei adalah tidak koheren, sejauh masih dipengaruhi oleh berbagai komponen yang tidak koheren.(1)





(1) Male.2011.Cara berpikir filsafat, Cabang dan Aliran Filsafat.Meg.jinawi.com/bloghtml.10 Maret 2013.09.09PM

Pendapat lain  Berpikir Filsafat meliputi:
a.         Kritis
Adalah sikap yang senantiasa mempertanyakan sesuatu (berdialog), mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak, hingga akhirnya di temukan hakikat.
b.         Rasional
Sumber penggetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal), selalu menggunakan nalar ketika berpikir atau bertindak atau kegiatan yang mempergunakan kemampuan pikiran untuk menalar yang berbeda dengan aktivitas berdasarkan perasaan dan naluri.
c.          Logis
Sikap yang digunakan untuk melakukan pembuktian, berpikir sesuai kenyataan atau kegiatan berpikir yang berjalan menurut pola, alur dan kerangka tertentu.
Dalam berpikir membutuhkan ketrampilan untuk bisa mengerti fakta, memahami konsep, saling keterkaitan atau hubungan, sesuatu yang tersurat dan tersirat, alasan, dan menarik kesimpulan.
d.         Konseptual
Merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia, menyingkirkan hal-hal khusus, konkrit, individual, sehingga terbentuk konsep dan teori yang terumuskan secara obyektif, permanen dan universal.
e.          Radikal
Berpikir mendalam atau sampai ke akar-akarnya sampai pada hakikat atau substansi yang dikirkan.
f.          Koheren
Berpikir secara konsisten; tidak acak; tidak kacau; dan tidak fragmentaris, atau
sesuai dengan kaidah berpikir logis, menganggap suatu pernyataan benar bila didalamnya tidak ada pertentangan, bersifat koheren dan konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar.
g.         Sistematis
Pendapatnya saling berhubungan secara teratur dan terkandung ada maksud dan tujuan tertentu.
h.         Komperhensif
Mencakup atau menyeluruh dalam menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
i.            Spekulatif
Cara berpikir sistematis tentang segala yang ada, memahami bagaimana menemukan totalitas yang bermakna dari realitas yang berbeda dan beraneka ragam, atau disebut juga upaya mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berpikir dan keseluruhan pengalaman.
j.           Bebas
Berpikir sampai batas-batas yang luas, tidak terkekang, bebas dari prasangka sosial, historis, kultural, bahkan religius. (2)

Aliran-Aliran Filsafat:
a.       Empirisme
(Empereikos = pengalaman), Empirisme adalah aliran yang berpendapat bahwa semua pengetahuan manusia diperoleh melalui pengalaman. Empirisme menganggap bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan diperoleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia. Dalam hal ini harus ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek) dan cara mengetahui (pengalaman).
b. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung oleh fakta empiris, atau dengan kata lain bahwa pengetahuan hanya berasal dari pikiran atau rasio.
c. Idealisme
Aliran ini berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
Menurut idealisme obyektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil dari ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang bukan materiil, yang ada secara abadi diluar manusia, sesuatu yang bukan materiil itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk manusia dan segala pikiran dan perasaannya. Dalam bentuknya yang amat primitif pandangan ini menyatakan bentuknya dalam penyembahan terhadap pohon, batu dan sebagainya.
Idealisme subyektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia.
d. Materialisme
Materialisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari pada materi (benda). Materialisme memandang bahwa benda itu primer sedangkan ide ditempatkan di sekundernya. Sebab materi ada terlebih dahulu baru ada ide. Pandangan ini berdasakan atas kenyataan menurut proses waktu dan zat. Misal, menurut proses waktu, lama sebelum manusia yang mempunyai ide itu ada didunia, alam raya ini sudah ada. Menurut zat, manusia tidak bisa berfikir atau mempunyai ide bila tidak mempunyai otak, otak itu adalah sebuah benda yang bisa dirasakan oleh panca indera kita. Otak atau materi ini yang lebih dulu ada baharu muncul ide dari padanya. Atau seperti kata Marx ?Bukan fikiran yang menentukan pergaulan, melainkan keadaan pergaulan yang menentukan fikiran.? Maksudnya sifat/fikiran seorang individu itu ditentukan oleh keadaan masyarakat sekelilingnya, ?masyarakat sekelilingnya? ?ini menjadi materi atau sebab yang mendorong terciptanya fikiran dalam individu tersebut.
e. Fenomenologi
Fenomenologi merupakan ilmu pengetahuan (logos) tentang apa yang tampak (phainomenon). Jadi, fenomenologi mempelajari suatu yang tampak atau apa yang menampakkan diri. Fenomenologi berusaha memahami realitas sebagaimana adanya dalam kemurniannya. Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, fenomenologi telah memberikan kontribusi yang berharga bagi dunia ilmu pengetahuan. Fenomenologi berusaha mendekati objek kajiannya secara kritis serta pengamatan yang cermat, dengan tidak berprasangka oleh konsepsi-konsepsi manapun sebelumnya. Oleh karena itu, oleh kaum fenomenolog, fenomenologi dipandang sebagai rigorous science (ilmu yang ketat).

f. Eksistensialisme
Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret. eksistensialisme memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan keberadaannya itu selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, yang sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya.(3)

















(2) Mushlihin Al-Hafizh.2011. Filosofi » Pengertian Filsafat dan Cara Berpikir  Filsofis.10 Maret 2013.09.03 PM
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam (Cet. VI; Jakarta: Bulan Bintang, 1996).
Harun Nasution, Falsafat Agama (Cet. VIII; Jakarta: Bulan Bintang, 1991).
(3) Male.2011.Cara berpikir filsafat, Cabang dan Aliran Filsafat.Meg.jinawi.com/bloghtml.10 Maret 2013.09.09PM

Daftar Pustaka

Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam (Cet. VI; Jakarta: Bulan Bintang, 1996).
Harun Nasution, Falsafat Agama (Cet. VIII; Jakarta: Bulan Bintang, 1991).
Male.2011.Cara berpikir filsafat, Cabang dan Aliran Filsafat.Meg.jinawi.com/bloghtml.10 Maret 2013.09.09PM
Mushlihin Al-Hafizh.2011. Filosofi » Pengertian Filsafat dan Cara Berpikir  Filsofis.10 Maret 2013.09.03 PM